Industrialisasi China seperti lampu petromaks menghipnotis miliaran pekerja yang perilakunya mirip laron, mencari pancaran sinar terang benderang. Industrialisasi terbukti telah memicu urbanisasi dan kini di China, untuk pertama kali penduduk perkotaan lebih banyak daripada pedesaan.
Pemerintah China kemarin (18/1) mengumumkan eksodus masyarakat pedesaan ke perkotaan itu dan dikutip kantor berita Prancis, AFP. Untuk pertama kali dalam sejarah China, penduduk perkotaan lebih banyak daripada pedesaan. Selama ribuan tahun, sejarah mencatat, jumlah masyarakat petani di pedesaan China lebih banyak daripada di perkotaan. Sekarang kondisinya berubah total.
Selama tiga dasawarsa terakhir rakyat China melakukan eksodus dalam jumlah raksasa, mencari peruntungan di kota-kota industri yang tumbuh melebihi kecepatan pertumbuhan jamur. Bertahun-tahun GDP China tumbuh dengan kecepatan penuh dalam double digit, seolah tak peduli dengan masalah over heating.
Untung saja cadangan devisa mereka menurun dan pertumbuhan GDP-nya melambat dari 10,4% pada 2010 menjadi 9,2% pada 2011. Menurunnya cadangan devisa dan melambatnya pertumbuhan ekonomi ini menjadi semacam bantalan (cushion) empuk, agar China bisa mendarat secara enak (soft landing) dan mencari equilibrium baru yang bernama ketahanan baru.
Maka urbanisasi menjadi fenomena baru di seluruh wilayah republik komunis yang kelakuannya kapitalis ini. Biro Statistik Pusat China mencatat sekitar 690,8 juta (51,27 persen) penduduk tinggal di perkotaan dari total populasi China yang 1,35 miliar.
Perhatikan kecepatan orang China pindak ke perkotaan ini. Pada 1982 hanya satu dari lima penduduk tinggal di perkotaan. Memasuki 1990, penduduk kota sudah meliputi 26% populasi, di 2000 sudah mencapai 36 persen, dan sepuluh tahun kemudian menjadi 51,27 persen yang tinggal di perkotaan.
Biro Statistik menambahkan, China pada akhir tahun lalu ada sekiktar 21 juta penduduk yang pindah ke perkotaan dibanding tahun sebelumnya. Jumlah ini lebih banyak dari populasi Sri Lanka, sementara penduduk pedesaan di China terus menurun.
Pemerintah China bakal pusing mengatasi urbanisasi tak terkendali ini. Diperkirakan dalam 20 tahun ke depan penduduk perkotaan sudah mencapai 75 persen populasi “Ini akan berdampak maha dahsyat terhadap lingkungan, sosial dan perkembangan ekonomi,” ungkap Li Jianmin, Kepala Riset Populasi dan Pembangunan di Universitas Nankai..
Diperkirakan sejumlah 100 juta petani akan pindah ke perkotaan pada 2020, delapan tahun mendatang. Namun banyak dari mereka yang melakukan urbanisasi ini masih tercatat sebagai warga desa, meskipun sudah tinggal di perkotaan.
Di ibukota Beijing perkampungan lama banyak yang ditinggal pindah penduduknya ke apartemen-apartemen. Mereka yang lahir dan besar di perkampungan dan pindah ke apartemen itu, merasakan suasana kampung lama yang hilang dalam kehidupan apartemen. Maka banyak dari mereka yang kembali ke perkampungan asal mereka di Beijing.
Bayangkan bila 75% penduduk perkotaan China kelak mau pulang kampung pada liburan Imlek seperti sekarang, betapa hiruk pikuknya wong ndeso pulang basamo. Heboh. [mdr]
Sumber : Inilah.Com
wow keren banget kang jojo ..
ReplyDeletekapan yah aq bsa jalan jalan kecina..
#ngarep.com
hehehe
Ntar klo aku diangkat jadi Menteri Kebudayaan & Pariwisata ( #ngarep_juga ) aku ajakin ke China.
Deletehmmm,,,,ane jga pengen jalan2 kesana dech KangJo....pengennnnnn
ReplyDeleteAku juga pengen... hehehhe...
DeleteI follow u too
ReplyDeleteThanks :)
jangan lupa selalu berkunjung ke cinemaniak ya :)
wah saya jg wong ndeso loh mas, hahahaaa
ReplyDeletewah -idem- mas, sama saya..
Deleteweeehhh weehhh china , aku juga kapan yah bisa kesana =,=a
ReplyDeleteLoh.. langsung aja ke Glodok, sama aja tuh.. hehehehe..
DeleteKapan yaaa.. bisa k tembok besar China :)
ReplyDelete