“Aku sayang samo ibu. Aku ndak membahagiakan ibu. Kasian ibu baru keluar dari Rumah Sakit Jiwa (RSJ),” ujar anak usia 11 tahun, M Kelvin, lirih. Ia tak sanggup menahan air matanya, saat menceritakan kisahnya kepada penulis, Rabu (28/12). M Kelvin, siswa kelas V SDN 06 Kelurahan Banyumas, Kecamatan Curup Tengah, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu ini sudah menjadi tulang punggung keluarga sepeninggal ayahnya, karena menikah lagi dengan perempuan lain.
Kelvin, panggilan akrabnya, bukanlah anak biasa seperti anak-anak lain pada umumnya. Meski ia baru menginjak usia 11 tahun, tetapi ia sudah menjadi sosok yang dewasa. Kemiskinan dan keadaan keluarga telah memaksanya sehingga menjadi tulang punggung dalam keluarga.
Ibu Kelvin, Deti Delita (26) sebelumnya, berjualan pakaian keliling dari desa ke desa. Namun, sejak berpisah dengan suami tercintanya sejak 3 tahun lalu, lama kelamaan Deti mengalami gangguan kejiawaan. Sehingga harus di rawat di RSJKO Bengkulu, karena depresi berat. Selama di rawat di RSJ, Kelvinlah yang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. “Ibu sempat di rawat di RSJ beberapo bulan. Baru 3 bulan kemarin ibu sembuh, makonyo bisa ngawankan aku jualan,” cerita Kelvin.
Hingga saat ini, ujar Kelvin, ibunya harus mengkonsumsi obat setiap hari. Beruntung, Kelvin terdaftar di Jamkesmas, sehingga biaya pengobatan dan obat-obatan bisa gratis. “Ibu harus minum obat tiap hari biar tenang pikirannyo. Alhamdulillah, biayanyo gratis kareno ibu ikut Jamkesmas,” tutur Kelvin.
“Peyek pak,” kata Kelvin sesekali, menawarkan peyek dagangannya itu kepada orang yang melintas di tengah-tengah perbincangan kami.
Dilanjutkannya, setiap hari ia selalu berdoa agar diberikan rejeki dari Tuhan, agar bisa meringan beban orang tuanya. Kelvin sangat berharap memiliki rumah sendiri, agar kehidupan keluarganya bisa sedikit lebih tenang. Selama ini Kelvin tinggal di rumah sewahan, dibawah rumah panggung di Gg Pakuwindu Kelurahan Talang Rimbo Baru. Di rumah kontrakan itu ia tinggal bersama nenek dan kakeknya. Neneknya sehari-hari mengambil upahan cuci pakaian dan kakeknya sebagai buruh bangunan. Serta adik kandungnya, Raihan yang masih bersekolah di PAUD Wijaya Kusuma.
“Kalau laku galo satu toples, aku dapat duit Rp 20.000 kadang dapat Rp 10.000. Setiap hari aku berusaha nabung, untuk ibu duitnyo kelak,” cerita Kelvin, seraya mengatakan, jika sedang sekolah ia berjualan sejak pulang sekolah hingga sore hari. Namun, disaat musim liburan ini, ia mulai berjualan dari pukul 09.00 WIB hingga siang pukul 13.00 WIB. “Aku malu ndak minta modal kek Bupati. Tapi, kalau ado modal, aku ndak beli pakaian untuk dijual lagi. Jadi ibu bisa jualan pakaian lagi. Kini, sementaro ngawankan aku jualan peyek,” imbuhnya.
“Kalau laku galo satu toples, aku dapat duit Rp 20.000 kadang dapat Rp 10.000. Setiap hari aku berusaha nabung, untuk ibu duitnyo kelak,” cerita Kelvin, seraya mengatakan, jika sedang sekolah ia berjualan sejak pulang sekolah hingga sore hari. Namun, disaat musim liburan ini, ia mulai berjualan dari pukul 09.00 WIB hingga siang pukul 13.00 WIB. “Aku malu ndak minta modal kek Bupati. Tapi, kalau ado modal, aku ndak beli pakaian untuk dijual lagi. Jadi ibu bisa jualan pakaian lagi. Kini, sementaro ngawankan aku jualan peyek,” imbuhnya.
Berjualan peyek keliling terkadang ia sering mendapat ejekan dari teman-teman sekolahnya. Tetapi, ejekan itu tidak menjadikan ia malu apalagi patah arang. Karena yang ada dibenaknya ialah, bagaimana cara membahagiakan orang tuanya. “Aku ngomong samo kawan aku. Emangnyo kamu yang ngasih aku makan? tutur Kelvin setengah kesal.
Terkahir Kelvin mengetahui keberadaan sang ayah saat ini bekerja di Kota Bengkulu. Kelvin sangat berharap agar keluarganya bisa utuh kembali utuh seperti sedia kala. “AKu rindu cak dulu lagi, bisa kumpul samo ayah, ibu kek adek. Kalau bisa ayah balik lagi kek kami,” harap Kelvin berkaca-kaca.
Kalau sudah besar, Kelvin bercita-cita menjadi Polisi. Namun, yang menjadi beban pikirannya saat ini, beberapa tahun ke depan saat ia lulus SD dan masuk SMP. “Biaya masuk SMP itukan besak. Aku belum tahu, apo aku ado biaya apo idak. Mudah-mudahan ado sekolah yang bisa gratis,” pungkasnya.
Ditulis Oleh : Iman Kurniawan
Dimuat di Kompasiana.Com 28-12-2011
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.